Nobar, Diskusi Film, & Pelatihan Media Sosial “Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia”

Foto: Walhi Kalteng

Presiden Joko Widodo menanggapi kajian yang dikeluarkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) dan Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) mengenai ancaman krisis pangan global dengan wacana peningkatan pangan nasional melalui program cetak sawah. Program cetak sawah atau proyek pengembangan food estate segera masuk ke dalam Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.

Proyek bernilai miliaran rupiah ini salah satunya menyasar Provinsi Kalimantan Tengah menjadi lokasi pengembangan. Penetapan tersebut banyak menuai kontroversi. Pasalnya, area eks Proyek Lahan Gambut (PLG) 1995 masuk ke dalam lokasi pencadangan proyek. Kegagalan PLG di masa lalu telah menyisakan trauma tersendiri bagi masyarakat di Provinsi tersebut. Kebakaran hutan dan lahan di areal bergambut yang telah rusak parah mengakibatkan bencana asap terjadi hampir setiap tahun.

Proyek pengembangan food estate di Kalimantan Tengah bukan hanya berpotensi mengakibatkan ancaman terhadap lingkungan, tapi dalam proses pengembanganya juga tidak lepas dari persoalan, seperti minim partisipasi dan transparansi. Walhi Kalimantan Tengah menyadari pentingnya kajian terhadap proyek tersebut, khususnya di tingkat implementasi lapangan. Sejak Oktober 2020, Walhi Kalimantan Tengah bersama Pantau Gambut telah melakukan monitoring dan kajian terhadap proyek pengembangan food estate di Kalimantan Tengah. Selain itu, Walhi Kalimantan Tengah berkolaborasi dengan Save Our Borneo untuk membuat sebuah film dokumenter terkait proyek tersebut.

Melalui acara Nonton Bareng (Nobar), Diskusi Film, dan Pelatihan Media Sosial “Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia”, Walhi Kalimantan Tengah meluncurkan film tersebut. Acara ini diharapkan dapat memberikan ruang diskusi di antara mahasiswa lokal dan kelompok pecinta alam di sekitaran Kota Palangka Raya terkait Proyek Food Estate di provinsi ini.

“Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia”

Nobar, Diskusi Film, dan Pelatihan Media Sosial “Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia” diselenggarakan selama 2 (dua) hari pada Minggu dan Senin, tanggal 28 – 29 Maret 2021. Nobar dan diskusi film dilaksanakan pada hari pertama, sedangkan pelatihan media sosial dilaksanakan pada hari kedua.

Kedua kegiatan diselenggarakan secara luring di Eco Village Guest House, Jl. Cilik Riwut No.36, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Peserta kegiatan berjumlah 13 (tiga belas) orang dari 18 (delapan belas) kuota yang disediakan. Peserta terdiri dari 9 (sembilan) orang laki-laki dan 4 (empat) orang perempuan dari 13 (tiga belas) organisasi pemuda.

Peserta bertemu di titik kumpul yang terletak di Sekretariat Walhi Kalimantan Tengah, Jl. G. Obos Induk, Gang Talenta No. 11, Palangka Raya, pada pukul 11.00 WIB, tanggal 28 Maret 2021. Pada pukul 12.00 WIB, peserta diberangkatkan ke lokasi kegiatan menggunakan bis setelah meyantap makan siang yang disediakan oleh panitia.

Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta sampai di lokasi dan melakukan check in. Setelah beristirahat di ruang penginapan masing-masing, peserta berkumpul di ruang terbuka tengah pada pukul 15.00 WIB. Terdapat perubahan susunan acara dikarenakan kegiatan nonton bareng tidak dapat dilakukan sesuai jadwal pada siang hari di ruang terbuka. 

Pada pukul 15.30 WIB, peserta mengikuti sesi perkenalan dan games yang difasiitasi oleh panitia. Sesi perkenalan dan games berakhir pada pukul 17.00 WIB. Para peserta diberikan waktu untuk beristirahat dan membersihkan diri sebelum makan malam bersama di restoran pada pukul 18.00 WIB. 

Nobar dan Diskusi Film

Nonton bareng film “Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia” dimulai pukul 19.00 WIB selama kurang lebih 50 menit di restoran. Diskusi kemudian dibuka oleh pemantik, Janang Firman Palanungkai.

Foto: Walhi Kalteng

Sejumlah peserta mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan terkait topik diskusi, yakni food estate. Berbagai fenomena yang terjadi dalam rangkaian perencanaan, pelaksanaan, dan hasil awal dari proyek food estate di Kalimantan Tengah menjadi bahan diskusi menarik di antara para peserta.

Foto: Walhi Kalteng

Diskusi berlangsung lebih lama dari alokasi waktu yang diagendakan, yakni 60 (enam puluh) menit, karena antusias forum yang cukup tinggi. Diskusi ditutup sekitar pukul 22.00 WIB dan peserta diperbolehkan untuk beristirahat.

Pelatihan Media Sosial

Pada hari kedua, Pelatihan Media Sosial “Fool Estate: Dilema Cita-Cita Ketahanan Pangan Indonesia” yang berjudul “Teknologi untuk Bersuara dan Mendorong Perubahan” diselenggarakan. Pelatihan dimulai pukul 08.40 WIB di tempat yang sama, restoran. Dibuka oleh panitia, rangkaian pelatihan dimulai dengan kata sambutan oleh Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Tengah. 

Sesi pertama diisi oleh Dionisius Reynaldo Triwibowo, jurnalis KOMPAS, pada pukul 08.50 WIB. Topik yang dibawakan adalah mengenai “Menerjemahkan Gagasan ke dalam Caption”. Sesi diawali dengan pemaparan mengenai teknik dasar menulis dan metode menulis caption media sosial.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, bahkan caption media sosial dapat menjadi alat edukasi publik dan kampanye gerakan. Maka dari itu, sangat penting untuk memperhatikan dasar-dasar teknik, terutama verifikasi,  dalam menulis caption.

Sesi diskusi dibuka selama 40 (empat puluh) menit sejak pukul 09.20 WIB. Pada pukul 10.00 WIB, sesi pertama berakhir dan dilanjutkan dengan sesi kedua.

Yohanes Prahara, seorang fotografer dan konsultan fotografi, mengisi sesi kedua “Foto yang Berbicara”. Sesi diawali dengan pemaparan mengenai dasar-dasar fotografi dan dilanjutkan dengan diskusi teknik praktis fotografi, khususnya dalam memotret kondisi lingkungan.

Pada pukul 11.00 WIB, rangkaian pelatihan dilanjutkan dengan sesi praktek selama sekitar satu jam. Para peserta diberikan kebebasan untuk mengambil foto di sekitar lokasi pelatihan. Kemampuan peserta dilihat melalui hasil foto dan caption yang diunggah melalui akun Instagram masing-masing dengan menandai akun Instagram @walhikalteng.

Foto: Walhi Kalteng

Para pemateri memberikan komentar dan masukan pada karya setiap peserta. Pada akhir kegiatan pelatihan, para pemateri memilih tiga orang peserta dengan foto terbaik dan tiga orang peserta lain dengan caption terbaik. (akp)

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *