Ketergantungan Masyarakat Adat Riam Tinggi dengan Alam

Kalimantan Tengah, 6 Maret 2023.

Masyarakat Desa Riam Tinggi mengikuti perlombaan Memasak Masakan Tradisional Khas Riam Tinggi di Festival Kampung Riam Tinggi

Berbicara tentang hutan tidak hanya berbicara mengenai hasil kayunya melainkan juga hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berupa tanaman pangan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari manusia. Masyarakat Desa Riam Tinggi sebagai contohnya, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah Desa Riam Tinggi.  Pemanfaatan sumber daya alam inilah yang menggambarkan kemandirian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupannya, masyarakat Desa Riam Tinggi relatif bergantung pada hasil hutan. Hal ini dilihat berdasarkan sumber mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Riam Tinggi yaitu sebagai petani. 

Pada Festival Kampung yang diadakan di Desa Riam Tinggi, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah pada 25-26 Februari 2023 lalu, dalam Perlombaan Memasak Masakan Tradisional, Masyarakat Desa Riam Tinggi menggunakan bahan masakan baik berupa rempah-rempahan, sayur-sayuran, lauk pauk maupun beras yang mereka ambil dari hasil hutan dan ladang mereka, misalnya seperti Sungkai sayur/ sengkuba, daun bebaro, kecombrang, lengkuas, cabai dan suna yang digunakan sebagai rempah-rempah. Jenis sayur-sayuran yang digunakan yaitu kacang panjang, tebu telur, terong pipit, jenis umbut-umbutan, rimbang atau terong asam dan kanjat. Jenis ikan yang digunakan ikan kenompang (Gastromyzon sp), ikan baung (Bagrus nemurus) dan jenis ikan pempuju’an  (Cyprinidae). Sungkai sayur/ sengkuba, daun bebaro, kecombrang, lengkuas, cabai dan suna yang digunakan sebagai rempah-rempah. Dari kegiatan perlombaan memasak masakan tradisional inilah, mereka secara tidak langsung menunjukan keterikatan antara kehidupan sehari-hari mereka yang tidak terlepas dari hasil hutan, ladang dan sumber daya alam yang ada di Wilayah Desa Riam Tinggi. 

Dalam pemenuhan pangan, Masyarakat Desa Riam Tinggi memanfaatkan lahan mereka dengan berladang. Masyarakat riam tinggi biasanya melakukan panen 1 kali dalam setahun. Hasil panen tersebut mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka dalam jangka waktu 2-3 tahun per satu keluarga. Kegiatan berladang mereka tidak hanya meliputi penanaman padi, namun juga penanaman sayur-sayuran seperti  Sensabi (Vernonia cinerea), singkong, kacang panjang, timun, jengkol, serai, petai, terong dan berbagai jenis tanaman lainnya yang dapat memenuhi makanan bergizi baik yang mengandung karbohidrat, protein, serat dan kandungan baik lainnya. Metode penanaman masyarakat riam ringgi dilakukan secara tumpang sari, dimana dalam satu lahan mereka dapat menanam dua sampai 3 lebih jenis tanaman.

Selain pemanfaatan hasil ladang, Masyarakat Desa Riam Tinggi juga memanfaatkan hasil hutan yang berupa buah-buahan hutan seperti durian, mentawa, durian merah, manggis hutan, rambutan hutan dan berbagai jenis lainnya. Tidak hanya berupa buah-buahan Masyarakat Desa Riam Tinggi juga memanfaatkan hutan untuk mencari berbagai jenis sayuran seperti umbut-umbutan dan berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pangan lainnya. 

Namun, dengan adanya IUPHHK-HA di atas Wilayah Desa Riam Tinggi, masyarakat desa terbatas dalam mengelola wilayahnya akibat izin tersebut. Masyarakat khawatir jika korporasi ini beroperasi kembali, masyarakat akan  kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka karena akses terhadap wilayah mereka yang sulit di jangkau. Jika pangan tidak terpenuhi, secara otomatis akan mengakibatkan pada penurunan ekonomi yang berimbas kepada naiknya angka kemiskinan. Oleh sebab itu, perlu adanya pengakuan atas hak wilayah kelola masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengakses lahan mereka dan dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya karena masyarakat yang mengelola hutannya sendiri akan tetap lestari karena pengetahuan-pengetahuan lokal yang ada sejak nenek moyang mereka memiliki sejarah dan pengetahun mengenai menjaga alam.

Penulis: Wena Helda

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *